Karena Cinta

Rabu, 23 Juni 2010

ANEURISMA II

Sampai di rumah, aku mencari kegiatan. Membaca-baca tulisanku pada beberapa lembar kertas yang sudah kulipat 2, kuambil dari kantong plastik yang dibawa dari rumah sakit dengan beberapa obat di dalamnya. Banyak tulisan tanganku yan tidak kumengerti dan agak lucu. Entah aku bicara dengan siapa. Aku mencari tahu dengan bertanya pada anak-anakku, suami dan kakakku.

Sejak aku kejang-kejang di tempat makan yang dekat dengan kantor suamiku, aku muntah banyak sekali. Suamiku membawaku ke rumah sakit terdekat dari kantornya, yaitu rumah sakit Jakarta. Dengan susah payah menggendongku dan membawa tas kerjaku dan tas kerjanya. Sesampainya di rumah sakit, aku di CT scan. Suster yang membawa hasilnya mengatakan “ada kabar buruk pak, Istri bapak pembuluh darah otaknya bocor. Disini tidak ada peralatannya, jadi istri bapak sebaiknya dibawa kerumah sakit Siloam Karawaci.” Suamiku terkejut dan terduduk. Langsung menelpon anak-anakku. Anakku dan kakakku yang no 3 datang ke rumah sakit Jakarta. Sedangkan kakakku yang no 2 dan adikku menunggu di rumah sakit Siloam karawaci. Suamiku pulang ke rumah untuk mengambil pakaian.

Kakakku yang no 3 mengatakan ia kaget sekali saat di dalam ambulan tiba-tiba aku langsung tengkurap sambil memegangi kepalaku dan berkata “aduh, sakit-sakit!” hal ini aku tidak ingat sama sekali. Jadi waktu dalam perjalanan dari rumah sakit Jakarta, ke rumah sakit Siloam, aku tidak tahu sama sekali.

Sesampainya di Siloam, aku di CT Angio. Tapi saat mau dioperasi, lampu mati. Operasi ditunda sampai esok harinya. Tgl 30 Maret 2010 pagi Jam 9 aku dioperasi. Operasi berjalan 9 jam. Cukup lama sekali untuk orang-orang yang menunggu jalannya operasi. Jam 6 sore operasi selesai. Dokter menjelaskan pada suamiku. “Aliran darah istri anda harus tinggi, kalau tidak pembuluh darahnya akan tertutup, istri anda akan koma.” Keadaan saat itu benar-benar tegang sekali. Allah Maha Baik, Aliran darahku tinggi. Aku tidak sampai koma. Besoknya aku sudah sadar.

Banyak juga saudara dari pihak suami yang datang. Tapi aku tidak ingat semuanya. Mertuaku datang dari Surabaya, dari bandara Soekarno Hatta langsung ke Siloam, aku tidak ingat apapun. Tapi obrolan-obrolannya ada dalam kertas. Waktu itu aku tidak bisa bicara karena di tenggorokkanku terpasang selang. Bila pengunjung bicara aku menjawab pembicaraan mereka dengan menulis.

Semua orang katakan aku sudah bagus bisa menulis. Tgl 10 April, suamiku bertanya “ Lies, sebentar lagi kamu ulang tahun. Kamu mau hadiah apa?” aku menjawab “Sehat!” pertanyaan inipun aku tidak ingat sama sekali. “Nah keinginan kamu untuk sehat menjadi kenyataan” kata suamiku pada tanggal 13 April. Karena pada tanggal 13 April aku baru sadar benar dari tidurku beberapa hari yang lalu.

Tgl 13 April 2010, Disekeliling ranjangku ada suami, kakak-kakakku dan anakku. Kakakku bertanya kepadaku mengenai nama anak-anak dari saudaraku yang tertua siapa saja, dan pertanyaan yang lainnya. Aku bisa menjawab dengan lancar. Tapi saat anakku bertanya “mama kerja dimana?” aku binggung, sangsi antara kerja di Properti atau di asuransi. Kujawab di properti. Semuanya tertawa. “Diingat-ingat lagi ma” kata anakku yang sulung. Aku tersenyum dan berkata “ iya, sekarang mama baru ingat bahwa mama kerja di asuransi”. Mama mau ke Paris ajak Oma dan Opa”. Yang lainnya tertawa lagi. Karena aku ngaco. Ayahku sudah lama meninggal. “Ma….,ma…., coba mama ingat2 lagi opa masih hidup atau tidak?”. Setelah aku ingat-ingat lagi, baru aku sadar bahwa ayahku sudah meninggal dari tahun 2006.

Suamiku bertanya “Lies, saat terakhir yang kamu ingat apa?” Aku pusing, benar-benar muter, dan aku katakan ke kamu bahwa aku tidak kuat. Setelah itu aku tidak ingat apapun. Suamiku akhirnya mengulang cerita keaku terusan cerita setelah aku kejang-kejang. Jadi aku tidak ingat apa yang terjadi dari tanggal 29 Maret sampai 12 April 2010. Aku tidak pernah tahu bahwa aku telah terbaring di rumah sakit dalam waktu yang lama. Sekitar 2 mingguan. Aku tidak pernah tahu, siapa saja yang datang mengunjungiku. Ada temanku yang dari Properti dan asuransi, ibu mertuaku dari Surabaya, Saudara-saudara suami dari Cidodol, Anak tante yang baru pulang dari Bali juga datang berkunjung. Teman-teman suami yang sedang keluar kota, mengetahui aku sakit mereka bantu doa untuk aku. Aku terharu untuk semua kebaikkan saudara-saudara dan teman-teman.

Aku melihat kebawah, kakiku tertutup selimut. Aku melihat betisku yang kecil tak berisi. Karena aku tidak pernah berjalan selama 2 mingguan. Aku katakan, aku ingin pulang tanggal 21 April, diizinkan tidak sama dokter ya? Saat suster datang, niatku itu sudah aku ungkapkan pada suster. Suster katakan “ ibu harus difisio terapi dulu, agar kuat berjalan”.

Esok harinya tanggal 14 April 2010, suster membawa kursi roda dan mengajakku keluar ruangan untuk berjemur dan berlatih berjalan. Aku senang bisa keluar ruangan. Melihat para suster yang mempunyai kesibukkan masing-masing. Melihat para pasien dan pengunjung yang begitu ramainya.
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 45. Suster membawakan kue tart, leaderku (atasanku di asuransi) juga membawakan kue tart untukku. Suami,saudara-saudaraku dan anak-anak, teman dan para suster menyanyikan lagu “Happy Birthday” untukku.

Aku tidak ingat kejadian saat aku ulang tahun. Aku paling suka kue tart, tapi aku tidak bisa makan kue tart karena ada selang di tenggorokkanku.
Saat di rumah, aku melihat-lihat isi kameraku. Ada foto aku sedang memegang kartu ucapan Selamat Ulang Tahun dari RS Siloam.Nah itulah sekelumit cerita dari suamiku.

Sedih melihat foto-fotoku yang diambil dari arah samping dan dari arah depan saat selesai dioperasi. Jahitan yang panjangnya sekitar 30 Cm. Rambuku yang hitam lebat sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya rambut yang baru tumbuh 1 Cm. Ada jalur kosong bekas jahitan yang belum tumbuh rambut dikepalaku. Aku kemana-mana harus memakai topi yang dibelikan ibu mertuaku. Sungguh topi yang sangat bermanfaat. Kalau aku memakai topi tersebut, pasti orang-orang yang bertemu aku akan memanggilku ibu. Karena topi itu biasanya digunakan oleh ibu-ibu haji.

Benar-benar kritis sakitku kali ini. Tapi, aku bahagia karena mendapat hadiah dari Allah yang paling berharga yaitu hidupku yang diperpanjang. Saat ini aku baru menyadari dengan sungguh bahwa hidupku harus berlanjut. Karena, aku merasa lebih baik hidup daripada mati.
Karena cita-cita dan keinginanku belum tercapai.

Maafkan aku Allah, karena seringkali aku berkata “aku tidak takut mati” kini aku merasa belum waktunya aku dipanggil. Aku merasa belum cukup waktuku berkumpul dengan saudara dan teman-teman. Aku masih suka hidup. Aku akan melakukan yang terbaik untuk diriku dan orang-orang disekitarku. Terutama ibuku, Karena aku belum bisa membahagiakan ibuku. Pulihkanlah kesehatanku dan bantulah aku agar dapat membantu banyak orang. Amien……

Selasa, 25 Mei 2010

ANEURISMA

Tidak ada seorangpun yang mau mengalami Aneurisma. Sebenarnya apa sih Aneurisma itu? Aneurisma adalah bocornya pembuluh darah diotak (perdarahan otak). Penyakit ini datang dengan tiba-tiba tanpa gejala apapun. Banyak orang mengatakan tingkat kesembuhannya adalah 1:100.

Aku selama ini sehat-sehat saja. Olahraga setiap hari walaupun hanya olahraga ringan, Sudah hampir 3 tahun mengurangi konsumsi daging Ayam dan Sapi. Usia 45 tahun dengan berat badan 48 dan tinggi 158.

Pada Tgl 29 Maret 2010, aku ikut suamiku ke kantornya. Pada saat makan sore di kantin dekat dengan kantor, tiba-tiba aku merasa kepalaku pusing sekali. Aku merasa semua berputar-putar. Aku katakan pada suamiku “Pa, kepalaku pusing sekali, aku tidak pernah merasa pusing seperti ini. Aku takut Pa, aku bisa pingsan nih!” Hanya kata-kata ini yang kuingat sebelum kejadian selanjutnya terjadi.

Aku benar-benar sadar pada Sore hari tgl 13 April 2010. Sedang terbaring di Ruang perawatan Siloam dengan rambut yang baru tumbuh sedikit dari gundul. Ada luka jahitan dari atas kepala sebelah kanan terus kebawah samping telinga kanan sepanjang 30 Cm. Memakai baju seragam pasien berwarna biru garis-garis.

Didepanku ada anak-anakku dan suamiku serta 2 orang kakak perempuanku. Mereka bertanya silih berganti mengenai siapa nama anak, nama suami atau istri dari saudara-saudara kandung aku. Bertanya aku kerja dimana? Dari jawaban-jawabanku itu tidak semuanya benar. Ada juga jawabanku yang meragukan mengenai tempat kerjaku sekarang dimana. Seingatku, aku bekerja di Property. Padahal, aku sudah keluar kerja dari Property tersebut pada tahun 2008 dan kemudian menjalani asuransi pada awal tahun 2009.

Aku tidak pernah sadar bahwa aku sudah 2 minggu terbaring di rumah sakit. Suster yang mengelap badanku pagi dan sore. Pagi-pagi sarapan sudah tersedia. Makan siang, makan sore semua tepat waktunya. Pada pagi hari aku diajak fisio terapi (hari pertama masih menggunakan kursi roda, hari berikutnya jalan semampuku di bagian dalam rumah sakit dan naik tangga).Kakiku terasa lemah sekali. Aku melihat kakiku begitu kecil dan lembek tidak berisi. Untuk hari-hari berikutnya suamiku yang membimbingku untuk fisio terapi.
Di hidungku masih terpasang selang yang panjang terjulur keluar untuk aku minum obat. Selang itu terus masuk ketenggorokanku yang meyebabkan perih ditenggorokanku. Bila suamiku membelikan aku Ice cream, aku merasa senang sekali. Rasa dingin ice cream saat melewati tenggorokanku.

Tgl 19 April 2010, Selang yang menjulur dihidungku yang terlihat seperti belalai gajah mulai dicabut oleh suster atas perintah dokter. Tadinya aku merasa khawatir, Ternyata…… aku lebih nyaman makan dan minum setelah selang tersebut dicabut. Aku tidak tersedak atau batuk-batuk lagi. Keesokkan harinya aku belajar naik dan turun tangga. Aku begitu senang saat bisa naik tangga dengan mudah.

Pagi tgl 21 April 2010, aku sudah menghubungi anakku yang sulung karena anakku merangkap sebagai agen asuransiku. Aku ingin anakku sampai di rumah sakit pagi hari agar bisa cepat mengurus administrasi kepulanganku. Suamiku membereskan rumah dan kamar tidurku, karena sejak aku pulang dari rumah sakit aku akan tinggal di rumah anakku yang bungsu. Selesai semua administrasi rumah sakit, akupun dijemput oleh kakak perempuanku. Kakak-kakakku yang selalu membantu segala keperluanku, yang mau repot atas musibah yang menimpaku. Aku sangat berterima kasih sekali pada mereka.

Jam 14.00 aku tiba di rumah. Senangnya hatiku dapat kembali berkumpul bersama keluargaku. Hari-hari selanjutnya adalah hari-hari penuh harapan untuk masa depanku, hari-hari pemulihan kesehatanku. Aku harus mentaati apa yang dikatakan suamiku, anak2ku, mertuaku serta saudara-saudaraku.
“Jangan banyak pikir, jangan terlalu lelah bekerja, harus sabar dan tidak boleh latihan jalan dengan terburu-buru.”
Semua nasihat itu tanda sayang. Aku bersyukur dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi aku. Terima kasih Allah atas kesehatan yang kau berikan untukku, atas kesempatan hidupku yang diperpanjang. Semoga aku bisa menggunakan waktu yang Kau berikan dengan sebaik mungkin. Amien……(Bersambung)

Rabu, 24 Maret 2010

Memperingati 40 hari wafatnya Eyang Kakung Tercinta

Tgl 18 Maret 2010, aku ke Cidodol bersama suamiku. Menghadiri acara thalilan 40 hari wafatnya Eyang Pudjono Risman.
Aku adalah cucu mantu dari kakaknya Eyang Pudjono. Lebaran kemarin, aku masih melihat Eyang Pudjono duduk di teras depan rumah. Setiap lebaran, banyak keluarga Eyang Pudjono datang ke Cidodol.
Pada thahlilan hari itu, tidak terlalu banyak yang datang. Tapi anak Eyang yang bernama Nina, sudah mempersiapkan bingkisan yang manis berbentuk kotak dengan dihiasi bunga yang terbuat dari kertas krep warna warni yang dibuatnya sendiri untuk para tamu. Dalam kotak tersebut berisi kue bolu, coklat yang dimasukkan dalam toples kecil dan tulisan tangan keponakkan tante Nina.

Keponakkan tante Nina bernama Devi Fitriana Caresta Respati. Devi adalah anak yang manis dan kreatif. Devi, suka sekali seni. Mungkin menurun dari sifat Eyang Pudjono yang suka melukis.

Ini adalah Tulisan Devi pada selembar kertas yang ada dalam kotak bingkisan untuk para tamu.

EYANG KAKUNG KU
Oleh : Devi Fitriana Caresta Respati
(Cucu Eyang Pudjono Risman)

Eyang kakung adalah, eyang dari 3 cucu yang lucu, bernama Devi, Riri & Lita. Devi cucu yang pertama.
Saat Devi baru lahir, Eyang kakung dan Eyang Putri selalu ke Bacang (rumah Devi)
Eyang kakung itu baik & lucu, Eyang suka memberi Devi coklat. Kalau ada cucu eyang berulang tahun, pasti eyang kakung membuat prakarya, hiasan ulang tahun.

Eyang mempunyai hobi yang banyak, menggambar, mengisi TTS, melukis, mengerjakan pekerjaan menukang & mendaur ulang barang.

Eyang kakung pernah mencoret-coret muka nya boneka Ariel Devi. Saat Devi pulang sekolah, Devi melihatnya dan sedih.
Akhirnya Eyang kakung mengambil pembersih spidol. Sebelum nya eyang ingin mengganti boneka Devi, tetapi Devi mengatakan tidak, karena Devi kasihan dengan Eyang kakung, dan Devi tidak mau diganti karena Devi tetap suka yang lama.
Setelah membersihkannya, bersih lagi deh. Menurut Devi tidak apa-apa, Devi hanya kaget melihatnya. Devi mengerti maksud Eyang kakung itu baik.

Eyang adalah seorang yang sangat berani, baik, kreatif, pintar & suka berbagi.

Eyang adalah seorang tentara yang bijaksana. Saat Eyang kakung masih sehat, Eyang suka menemui Devi yang sedang duduk, dan Eyang menepuk punggung Devi, dan mengatakan "tegak". Itu adalah salah satu pelajaran dari Eyang. Kita harus duduk tegak agar tidak bongkok. Dulu saat disore hari Eyang suka sekali berdiri di depan pagar, dan menyapa setiap orang yang lewat di depan rumah.
Eyang kakung suka becanda dengan orang-orang yang eyang kenal, seperti, keluarga, teman dan orang-orang yang eyang dekat, termasuk aku.

Kalau Eyang sedang makan, Eyang duduk dikursi hitam beroda 4. Kalau ada orang yang jahat, ngaco, menyebalkan, dan sebagainya, pasti Eyang marah dengan si manusia jahat. Dengan maksud baik. Untuk membuat si manusia itu baik.

Saat Eyang kakung menjelang meninggal dunia, Eyang kakung seperti tersedak, padahal tidak. Sebenarnya Eyang kakung mengeluarkan dahaknya.
Saat detik-detik terakhir Devi menangis dan semua keluarga Eyang kakung sangat sedih, sangat kehilangan.
Semuanya menangis, terutama Eyang Putri. Tetapi Devi senang, karena Eyang kakung sudah tidak merasa sakit sama sekali.
Eyang sudah bahagia menemui keluarga nya yang juga sudah tiada, di alam sana.

Devi bahagia Eyang sudah tidak terasa kesakitan lagi.

"SELAMAT JALAN EYANG KAKUNG!"

(Aku menulis cerita ini sambil menangis, membayangkan kebaikan Eyang Pudjono, canda dan tawanya disaat kami datang ke rumahnya. Eyang begitu baik, hingga eyang tidak mau dimakamkan dimakam Pahlawan. Katanya ia tidak pantas dimakamkan ditempat itu.)
Selamat jalan Eyang Pudjono, tawa dan canda Eyang selalu ada dihati kami.

Minggu, 14 Maret 2010

DETIK-DETIK TERAKHIR

Aku dan suamiku memang telah berencana ke Surabaya dari beberapa bulan yang lalu. Janji mau datang ke rumah adik suamiku. Bila kita sudah berjanji, rasanya tidak enak sekali kalau harus mundur-mundur terus. Akhirnya pada tgl 8 Maret 2010, jadi juga kami ke Surabaya.

Kami naik kereta Gumarang klas Bisnis. kereta berangkat jam 17.05 dari Stasiun kota. jam 16 lewat kami baru sampai di rumah, karena harus membereskan pekerjaan di kantor dahulu. Kantor suamiku dan kantorku tidak terlalu jauh. Masih satu lokasi di jln. Thamrin.
Sebenarnya dari jam 15.00 aku sudah menelponnya untuk segera pulang, tapi suamiku mengatakan bahwa pekerjaannya belum selesai. Aku sebenarnya ingin pulang duluan, tapi mengingat busway pada jam 16.00 sudah ramai sekali, maka aku menunggu suamiku menjemputku di sebrang Plaza BII di bawah tangga penyeberangan.

Hujan mulai turun rintik-rintik, sekitar 15 menit aku menunggu suamiku dan akhirnya kelihatan juga motor kuning miliknya. Ia mengeluarkan jas hujan yang disimpannya dibawah jok motornya. Hatiku berdegup khawatir terlambat sampai di stasiun kota.

Tiba di rumah, aku melihat tukang buah dingin/rujak. Itu adalah makanan kesukaanku. Karena waktunya sudah terlalu mepet, maka keinginanku makan rujak aku urungkan.
Aku buru-buru masuk ke kamar, untuk shalat Azhar. Setelah itu siap untuk berangkat.
jarak dari rumahku ke stasiun kota tidak terlalu jauh, karena aku tinggal di daerah P. Jayakarta. Barang yang kami bawapun tidak terlalu banyak. Suamiku membawa tas ransel yang super-super berat yang berisi lap top dan pakaian dan aku membawa tas kerjaku serta satu tas berisi pakaian dan satu tas kecil lagi yang berisi peralatan shalat.

Aku naik bajaj ke stasiun kota, di tengah perjalanan bajaj yang aku tumpangi mogok. Kami benar-benar khawatir karena takut terlambat. Tapi akhirnya bajajpun bisa meneruskan perjalanan dan mengantar aku sampai di tempat. kami berlari-lari dari mulai turun dari bajaj. pintu masuk yang biasa dibuka dari pintu yang terletak dimuka, kini dialihkan ke samping. Kami terus berlari-larian. Entah berapa kali suamiku meneriaki namaku, agar berlari dengan cepat. Suamiku mengambil alih barang bawaanku. Aku hanya membawa tas kerjaku saja.
Sesampainya di dalam stasiun, suamiku mengambil arah kanan yang ternyata bukan kereta tujuan kami. Suamiku seperti berputus asa, aku katakan " tanya, tanya..... sama bapak yang dikereta, mana kereta Gumarang jurusan Surabaya!" akhirnya suamiku bertanya pada bapak petugas yang ada di dalam kereta tersebut. Ternyata, kereta Gumarang terletak di sebelah kiri. Suamiku berlari menuruni jalur kereta yang letaknya memang lebih rendah. Aku mengikutinya dengan cara turun dengan perlahan, karena lutut kananku sering bengkak bila sudah jalan atau lari terlalu lama. Akhirnya suamiku naik kekereta Gumarang, kereta telah bergerak perlahan, aku terus berusaha untuk naik. Aku tidak bisa mengangkat kakiku tinggi-tinggi karena kaki kananku benar-benar sakit. Aku meletakkan tas kerjaku dulu di kereta. Kemudian, seperti ada suara yang membisiki telingaku. "Tekuk kaki kananmu, dan pegangan kebesi yang ada dipintu kereta." aku menuruti bisikan tersebut, dan berikutnya suamiku membantu menarikku untuk naik. Aku merasa tenang, aku merasa dadaku bergemuruh kencang sekali. Ada rasa marah pada suamiku, rasa dongkol padanya yang selalu menyepelekan waktu dan ada juga rasa malu ditonton banyak orang saat aku berlari-larian nguber kereta.

Aku mengambil tas kerjaku, mengambil tasku yang lain yang berserakan di lantai kereta. Dengan wajah masam dan sorot mata kebencian memandang suamiku yang menyalakan aku yang katanya "dia ini lambat sih!" kata-kata itu disampaikan ke petugas kereta. Aku masuk ke dalam gerbong dan terduduk dengan nafas terengah-engah, keringat yang membasahi wajah dan keningku. Aku katakan ke Petugas kereta " maaf Bapak, aku numpang duduk dulu disini beristirahat sebentar, aku capek sekali." Si bapak mempersilahkan aku, dengan sorot mata kasihan, " Silahkan ibu beristirahat dulu saja, sampai hilang capeknya." kemudian bapak tersebut meninggalkan kami.

Aku duduk di gerbong yang masih kosong. Aku marah pada suamiku. Suamiku merasa tidak bersalah, dan ia katakan enak, seperti petualangan. Ia tersenyum-senyum. Pakaiannya basah oleh keringat, wajahnyapun basah oleh keringat. Aku benar-benar kesal padanya. Setelah duduk beberapa saat, akupun bangun dari tempat dudukku dan beranjak mencari gerbong 5 sesuai no yang tertera di tiket.
Aku memalingkan wajahku dari pandangan suamiku, berpaling dan berpaling terus walau dia berusaha mengajakku bicara.
Terakhir, ia mengengam tangan kananku, dan berkata "maafkan aku ya." bibirnya tersenyum dengan manisnya dan sambil mengayun-ngayunkan tanganku mundur maju bukan seperti orang yang bersalaman ke atas dan ke bawah.
Akupun tersenyum, aku tidak sampai hati marah berlama-lama. Inilah yang aku inginkan. Kata-kata maaf yang keluar dari bibirnya. Aku katakan, " taukah kamu, bahwa kakiku sakit sekali? kalau aku sampai tidak bisa naik ke kereta tadi, bagaimana?" ia katakan, ia akan turun dan naik kendaraan lain menuju stasiun Senen. ( bicara memang mudah, memangnya hal itu bisa tercapai bila terjadi macet?)

Rabu, 03 Maret 2010

kebahagiaan Orang Tua

Semalam aku makan Steak dengan kakakku di daerah Jakarta Barat, tepatnya di Jl. Peta Selatan. Steak dengan harga terjangkau.
Yang menjual steak seorang ibu berusia kurang lebih 50 tahunan, dengan seorang tukang masak laki-laki. Tenda yang dipasang 2 tenda bewarna kuning. Tenda besi tersebut setiap hari harus dibongkar pasang. Si ibu memakai 2 orang tenaga untuk memasang tenda setiap harinya. Setelah tenda selesai dipasang barulah ia datang kesana untuk merapihkan dagangannya.

Kakakku memesan Chicken Steak dan aku memesan Bistik Udang. Seperti biasa, aku selalu mengajak ngobrol si penjual karena aku ingin mengetahui sedikit banyak mengenai keluarganya.
Si ibu bercerita bahwa ia berdagang di Jl Peta tersebut baru 1 bulan, sebelumnya ia berdagang di sekolah Trisakti, tidak bertahan lama. Ia kemudian mulai berdagang ditempat ini dan hasilnya lumayan. Apalagi kalau malam minggu dan hari minggu, banyak anak-anak muda yang datang ketempatnya. Kalau tanggal 1 sampai tgl 20 an masih ramai, tapi diatas tgl 20 an tidak begitu ramai. Aku menimpali "mungkin sudah pada seret karena tanggal tua, ya bu" Si ibu tersenyum.

Si ibu mondar-mandir menghidangkan makanan dan minuman yang kami pesan. Ada beberapa orang datang dan makan di tempat itu kemudian beli lagi bungkus untuk dibawa pulang.

Selesai makan, aku bertanya " ibu tinggal di mana?" "Di Bulak Teko, dekat dengan Citra I" aku tanyakan lagi, "Ibu mempunyai anak berapa?" "dua, keduanya perempuan. Yang paling kecil kuliah pariwisata di Bandung, ikut saudara. Anak perempuan saya yang kecil itu, manjanya minta ampun. Kadang-kadang ia masih suka minta disuapi makan, padahal saya repot sekali karena waktu itu saya buka warteg di rumah. Tetap saja anak saya tidak mau makan kalau tidak disuapi.Masih suka ngikut-ngikut saya sambil pegangan di pinggang saya, rasanya ia masih kecil. Tapi ia harus meninggalkan rumah saat diterima kuliah Pariwisata di Bandung. Saya tidak bisa mengantarnya, ia pergi dengan bibinya. Saya kasihan sekali sama anak saya waktu itu. Tapi belum lama ini dia di wisuda. Saya tersedak saat mendengar nama anak saya dipanggil dengan nilai terbaik. Saya menanggis dan bertanya pada anak saya kenapa ia tidak memberitahu saya lebih dulu mengenai hal itu. Anak saya katakan, iapun tidak tahu mengenai nilai terbaik yang jatuh padanya. "

Kulihat kebanggaan terpancar dari wajah si ibu, kenapa? kurasa hal itu wajar-wajar saja. Semua orang tua pasti akan senang bila mempunyai anak yang sukses dlm pelajarannya. Apalagi anak itu jauh dari orang tuanya.
Aku sebagai pendengar saja salut sama anak tersebut. karena bagiku, jarang sekali anak mengerti akan tanggung jawabnya sebagai anak. Dapat memberikan yang terbaik kepada orang tuanya yang sudah bersusah payah mencukupi segala kebutuhan sekolah dan hidupnya selama di Bandung.
Anaknya kini ingin meneruskan ke S2 untuk mengambil pelajaran bahasa Jepang. Siibu dan suaminya setuju saja, Karena apa yang diinginkan anaknya itu adalah hal yang terbaik untuk masa depannya.

Sebelum pulang aku memesan lagi 2 bungkus Chicken steak. Yang satu untuk suamiku dan yang satunya lagi untuk keponakanku.
Kami hanya mengeluarkan uang sebesar Rp 55.000,- untuk makan 4 orang. Harga yang sangat murah.

Kami pamit, setelah sepasang anak muda masuk ketempat itu untuk makan. Kakaku berjanji untuk mengajak anak dan suaminya datang lagi ke tempat itu dan akupun akan datang lagi mengajak suamiku. ;)

Rabu, 17 Februari 2010

PENTINGNYA SEBUAH RUMAH

Hari Senin, adalah hari pertama aku jalan bareng untuk Cold call dengan temanku. Sudah menjadi kebiasaannya untuk pegi ke Bandara Soekarno Hatta. Tempat tersebut sudah dijajakinya sejak ia pertama kali menjadi agent. Aku hanya menuruti kemana saja ia melangkah.
Tibalah kami pada sebuah pos polisi. Temanku masuk ke dalam mencari seorang polisi yang sudah dikenalnya. Ia melewati 2 orang polisi lain yang sedang duduk disitu. Aku masuk ke dalam dan sambil tersenyum serta mengangukan kepala berkata " permisi pak, numpang duduk disini ya?" sambil menghampiri bangku kayu panjang yang sudah diduduki oleh polisi yang belum aku tahu namanya saat itu. Ia mempersilahkan aku dan akupun duduk bersebelahan dengan polisi tersebut. Seorang polisi yang lain sedang duduk menghadapi komputer. Entah apa yang sedang dikerjakannya.

Saat aku duduk si polisi yang mempersilahkan aku duduk tersebut bertanya, "dari asuransi ya" karena kebetulan saat itu aku pakai baju seragam yang mengunakan simbol asuransi dimana tempat aku bekerja. Aku menjawab "iya Bpk". "Apa ada asuransi untuk pendidikan anak?" kujawab "ada Bpk." Akupun mengeser tempat dudukku untuk lebih mendekatinya dan mengambil tasku lalu mencari file illustrasi yang sudah kubuat untuk orang lain yang aku gunakan sebagai contoh. Aku langsung menjelaskannya. Temanku langsung beranjak menghampiri polisi yang sedang duduk di depan komputer lalu mulai menjelaskan ke polisi tersebut mengenai manfaat asuransi yang harus dimiliki oleh semua orang.

Singkat cerita, si polisi tersebut benar-benar tertarik dan kemudian menelpon istrinya. Iapun mengundangku dan temanku untuk datang ke rumahnya presentasi ulang untuk istrinya.
Aku dan temanku merasa senang sekali.

Esok harinya, jam 10 pagi aku sudah sampai di rumah polisi tersebut. Rumahnya bercat putih, sepertinya memang baru dibangun.
Kami masuk dan dipersilahkan duduk di sofa besar bermotif bunga-bunga berwarna coklat. Si polisi tersebut memanggil istrinya dan masuk ke dalam mengambil minuman dan buah duku untuk kami. Temanku dan aku mengucapkan terima kasih dan mengatakan pada si polisi bahwa baru kali ini kami mendapat perlakuan yang baik dari seorang calon nasabah. Bahkan pernah juga temanku dilepasin anjing oleh seseorang saat ia ingin memprospek. Si polisi tersenjum dan berkata " masa sih?" "Ya begitulah suka dukanya menjadi seorang agen asuransi Bpk" kataku sambil tersenjum.

Temanku memulai presentasi dengan membuka laptop yang sudah berisikan ilustrasi pendidikan anak si polisi tersebut dengan mengeluarkan selembar kertas untuk menulis apa saja manfaat yang diterimanya bila ia menabung sebesar Rp. 350.000,-/ bln untuk anaknya. 10 menit kami di tempat itu, hujan turun dengan derasnya.
Akhir presentasi, mereka menjetujui membuka tabungan pendidikan untuk anaknya. Setelah itu kamipun ngobol-ngobrol santai.

Dari hasil obrolan tersebut, aku jadi mengerti bahwa rumah yang ditempati si polisi tersebut adalah hasil jerih payahnya. Baginya dulu waktu muda, mobil penting untuk keren-kerenan aja. Tapi setelah berkeluarga dan punya anak, rumah yang harus diutamakan. Mobilnya 2 unit dijual untuk membeli tanah dan kemudian membangunnya. Ia sampai benar-benar merih / ngirit sekali untuk membeli makanan. Setiap hari hanya makan indomie (suami & isteri) yang penting bisa membeli keramik dan bahan-bahan bangunan untuk rumahnya. Anak untuk sementara/saat membangun rumah dititipkan pada mertua.
Aku benar-benar salut padanya. Iapun mempunyai rumah baru yang bersebelahan dengan rumahnya yang ingin dijual dengan harga Rp 260.000.000,- dengan luas tanah 118 M. Bagi si polisi sekarang pakai motor dulu, yang penting ada rumah untuk tempat tinggal ia dan keluarganya.

Temanku heran, kenapa si polisi bisa punya uang sebanyak itu? karena ia baru menjabat 4 tahun sebagai polisi.
Si polisi mengambil buku besar yang isinya pembukuannya berdagang. Ia mencatat penghasilan hariannya ia berjualan Tongseng dan gado-gado di Bandara. Keuntungan perhari paling rendah Rp 500.000,- dan bisa sampai Rp 1.000.000,-.
Temanku tercenggang. Aku tertawa, dan mengatakan padanya bahwa si polisi memang sudah mengatakan pada aku bahwa ia mempunyai kantin di Bandara dan mempunyai 5 orang karyawan. " pantas, ia bisa membangun 2 rumah dalam waktu singkat!" kata temanku sambil tersenyum. Yang memperlihatkan giginya yang putih.

Selesai kami melihat rumah baru si polisi yang ingin dijualnya, kamipun mohon diri. Kami katakan, bahwa kami akan memasukkan berkas ke kantor agar cepat di proses. Terima kasih atas minuman dan buah dukunya.

Inti dari cerita ini : Tidak ada hal yang mustahil selagi kita punya kemauan.
Bagi Si Polisi ; kemauannya untuk mempunyai rumah
Bagi kami sebagai agen : kemauan jalan untuk mencari nasabah.

Senin, 08 Februari 2010

SELEBRITI BERBAGI

Hari Jumat Tgl 5 Pebruari 2010, aku main ke rumah temanku di daerah Kelapa Gading. Rumah yang baru ditempatinya itu di daerah Vespa. Rumahnya 2 lantai dengan banyak kamar. Kontrak rumah tersebut cukup mahal. Tapi melihat lokasinya yang berseberangan dengan sekolahan kurasa cukup sepadan. Pekarangan rumah dimanfaatkannya untuk berdagang makanan. Lontong sayur dan Mie goreng.

Temanku mengajakku naik ke lantai 2 agar aku bisa beristirahat sambil menonton TV. Kebetulan aku tidak punya TV di rumah. Kalau aku katakan mengenai hal ini, tidak ada yang percaya kalau aku tidak punya TV. "Kenapa?" pasti semua orang menanyakan hal ini. Aku jawab dengan ringannya "suamiku itu hobby nonton, kalau ada TV dia tidak akan kerja." Lagipula aku berfikir, kadang-kadang kita sering lupa waktu bila sudah ada di depan TV. Untuk itu juga aku membatasi diri. Aku tidak merasa susah tidak punya TV. Aku bisa nonton disaat aku kerumah teman atau saudara. Nah, hari ini adalah saatnya aku bisa nonton Selebriti berbagi.

Selebriti itu bernama Firman. Firman seorang penyanyi, tapi aku tidak pernah tahu dari group band mana. Karena aku memang tidak begitu mengikuti group band apa saja yang tumbuh baru-baru ini.
Firman ingin membantu seorang Bapak yang cacat kakinya. Walaupun cacat si bapak tetap berusaha mencari nafkah untuk keluarganya dengan berjualan air mineral. Ia tidak menadahkan tangannya meminta-minta belas kasihan orang lain untuk dirinya yang cacat. Firman telah memantau kehidupan Bapak tersebut dan kemudian dia ingin membantu si Bapak. Firman menghubungi sipembawa acara Selebriti Berbagi (aku lupa namanya) Seorang wanita yang cukup cantik. Setelah Firman menghubungi wanita tersebut, Firmanpun bersama wanita tersebut ke rumah si Bapak. Rumah si Bapak, adalah sebuah rumah kontrakkan yang sangat sederhana. Si pembawa acara Selebriti berbagi menceritakan kepada si Bapak mengenai maksud kedatangan mereka. Si Bapak menangis. Aku yang menonton juga menangis. Apalagi aku orangnya cenggeng banget. Aku merasa, Firman itu baik . Ia tidak segan-segan menyisihkan uangnya sebesar Rp 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah) untuk orang lain yang tidak dikenalnya sama sekali. Aku merasa, itulah gunanya kita mempunyai uang lebih dari hasil jerih payah kita, agar kita bisa membahagiaan orang lain. Kita yang diberikan kelebihan uang mempergunakan uang kita untuk sesuatu hal yang benar, dan tidak mempergunakan uang tersebut untuk hal-hal yang tidak baik.

Si Bapak menerima uang sebesar Rp 5.000.000,- tersebut dalam bentuk lima puluh ribuan tersebut sambil menangis. Firman menepuk-nepuk bahu si Bapak dengan air mata yang berlinang.
Si wanita cantik pembawa acara, mengatakan " Bapak, ingin dipakai untuk apa uang ini?" Si bapak menjawab "akan saya jadikan tambahan modal untuk berdagang, bayar kontrakan rumah dan untuk bayar sekolah anak saya." kemudian si wanita cantik tadi berkata " kalau begitu, apakah Bapak sudah siap bila sekarang saya antar Bapak untuk berbelanja kepasar?" si Bapak mengiyakan.
Firman menuntun tangan si Bapak yang diikuti oleh istrinya serta si wanita cantik tadi ke mobil. Mereka menuju pasar.

Di pasar, orang begitu ramainya. Yang pertama mereka beli adalah beras, kemudian si Bapak membelikan kalung emas untuk istrinya. Saat itu juga dipakaikan keleher istrinya dan kemudian mencium istrinya dengan penuh kasih sayang. Semua orang yang melihat hal itu bertepuk tangan semuanya. Setelah membeli emas, mereka membeli sebuah sepeda agar bisa dipakai untuk keperluan berdagang. Setelah itu mereka kembali ke rumah.
Delam perjalanan pulang, si wanita cantik pembawa acara tersebut mengatakan pada si Bapak bahwa Firman dan teman-temannya akan menyanyi dilapangan yang berada dekat dengan rumah si Bapak. Firman sangat berharap sekali, Bapak juga hadir ditempat itu agar bisa mendengarkan Firman menyanyi. Firman tersenyum gembira.


Saat mereka tiba di lapangan, warga di tempat itu telah ramai berkumpul. Firman menyanyi diiringi alunan musik yang dimainkan oleh teman-temannya.
Semua warga, merasa terhibur. Kelihatan dari senyum dan tawa mereka. Mengikuti lagu yang Firman nyanyikan.

Saat selesai menyanyi, Firman dan si wanita cantikpun mohon diri. Si wanita cantik berkata, "Semoga uang ini membawa berkah bagi Bapak dan usaha Bapak, Allah telah memberikan uang ini kepada umatnya yang rajin, yang tidak mudah menadahkan tangan dan mau bersusah payah untuk menghidupi keluarganya melalui tangan Firman."

Demikianlah cerita Selebriti berbagi telah berakhir. Aku hanya ingin mengatakan satu hal :
" Alangkah bahagianya hati kita bila kita bisa memberi kebahagian untuk orang lain. karena pada saat itu, kita merasa bahwa diri kita ini begitu berharga bagi orang lain."

Semoga Firman dan Selebriti-selebriti yang lain, yang telah membagikan kebahagiannya pada orang yang membutuhkan diberikan rezeki yang melimpah oleh Allah. Amin..........