Karena Cinta

Rabu, 24 Maret 2010

Memperingati 40 hari wafatnya Eyang Kakung Tercinta

Tgl 18 Maret 2010, aku ke Cidodol bersama suamiku. Menghadiri acara thalilan 40 hari wafatnya Eyang Pudjono Risman.
Aku adalah cucu mantu dari kakaknya Eyang Pudjono. Lebaran kemarin, aku masih melihat Eyang Pudjono duduk di teras depan rumah. Setiap lebaran, banyak keluarga Eyang Pudjono datang ke Cidodol.
Pada thahlilan hari itu, tidak terlalu banyak yang datang. Tapi anak Eyang yang bernama Nina, sudah mempersiapkan bingkisan yang manis berbentuk kotak dengan dihiasi bunga yang terbuat dari kertas krep warna warni yang dibuatnya sendiri untuk para tamu. Dalam kotak tersebut berisi kue bolu, coklat yang dimasukkan dalam toples kecil dan tulisan tangan keponakkan tante Nina.

Keponakkan tante Nina bernama Devi Fitriana Caresta Respati. Devi adalah anak yang manis dan kreatif. Devi, suka sekali seni. Mungkin menurun dari sifat Eyang Pudjono yang suka melukis.

Ini adalah Tulisan Devi pada selembar kertas yang ada dalam kotak bingkisan untuk para tamu.

EYANG KAKUNG KU
Oleh : Devi Fitriana Caresta Respati
(Cucu Eyang Pudjono Risman)

Eyang kakung adalah, eyang dari 3 cucu yang lucu, bernama Devi, Riri & Lita. Devi cucu yang pertama.
Saat Devi baru lahir, Eyang kakung dan Eyang Putri selalu ke Bacang (rumah Devi)
Eyang kakung itu baik & lucu, Eyang suka memberi Devi coklat. Kalau ada cucu eyang berulang tahun, pasti eyang kakung membuat prakarya, hiasan ulang tahun.

Eyang mempunyai hobi yang banyak, menggambar, mengisi TTS, melukis, mengerjakan pekerjaan menukang & mendaur ulang barang.

Eyang kakung pernah mencoret-coret muka nya boneka Ariel Devi. Saat Devi pulang sekolah, Devi melihatnya dan sedih.
Akhirnya Eyang kakung mengambil pembersih spidol. Sebelum nya eyang ingin mengganti boneka Devi, tetapi Devi mengatakan tidak, karena Devi kasihan dengan Eyang kakung, dan Devi tidak mau diganti karena Devi tetap suka yang lama.
Setelah membersihkannya, bersih lagi deh. Menurut Devi tidak apa-apa, Devi hanya kaget melihatnya. Devi mengerti maksud Eyang kakung itu baik.

Eyang adalah seorang yang sangat berani, baik, kreatif, pintar & suka berbagi.

Eyang adalah seorang tentara yang bijaksana. Saat Eyang kakung masih sehat, Eyang suka menemui Devi yang sedang duduk, dan Eyang menepuk punggung Devi, dan mengatakan "tegak". Itu adalah salah satu pelajaran dari Eyang. Kita harus duduk tegak agar tidak bongkok. Dulu saat disore hari Eyang suka sekali berdiri di depan pagar, dan menyapa setiap orang yang lewat di depan rumah.
Eyang kakung suka becanda dengan orang-orang yang eyang kenal, seperti, keluarga, teman dan orang-orang yang eyang dekat, termasuk aku.

Kalau Eyang sedang makan, Eyang duduk dikursi hitam beroda 4. Kalau ada orang yang jahat, ngaco, menyebalkan, dan sebagainya, pasti Eyang marah dengan si manusia jahat. Dengan maksud baik. Untuk membuat si manusia itu baik.

Saat Eyang kakung menjelang meninggal dunia, Eyang kakung seperti tersedak, padahal tidak. Sebenarnya Eyang kakung mengeluarkan dahaknya.
Saat detik-detik terakhir Devi menangis dan semua keluarga Eyang kakung sangat sedih, sangat kehilangan.
Semuanya menangis, terutama Eyang Putri. Tetapi Devi senang, karena Eyang kakung sudah tidak merasa sakit sama sekali.
Eyang sudah bahagia menemui keluarga nya yang juga sudah tiada, di alam sana.

Devi bahagia Eyang sudah tidak terasa kesakitan lagi.

"SELAMAT JALAN EYANG KAKUNG!"

(Aku menulis cerita ini sambil menangis, membayangkan kebaikan Eyang Pudjono, canda dan tawanya disaat kami datang ke rumahnya. Eyang begitu baik, hingga eyang tidak mau dimakamkan dimakam Pahlawan. Katanya ia tidak pantas dimakamkan ditempat itu.)
Selamat jalan Eyang Pudjono, tawa dan canda Eyang selalu ada dihati kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar