Karena Cinta

Rabu, 23 Juni 2010

ANEURISMA II

Sampai di rumah, aku mencari kegiatan. Membaca-baca tulisanku pada beberapa lembar kertas yang sudah kulipat 2, kuambil dari kantong plastik yang dibawa dari rumah sakit dengan beberapa obat di dalamnya. Banyak tulisan tanganku yan tidak kumengerti dan agak lucu. Entah aku bicara dengan siapa. Aku mencari tahu dengan bertanya pada anak-anakku, suami dan kakakku.

Sejak aku kejang-kejang di tempat makan yang dekat dengan kantor suamiku, aku muntah banyak sekali. Suamiku membawaku ke rumah sakit terdekat dari kantornya, yaitu rumah sakit Jakarta. Dengan susah payah menggendongku dan membawa tas kerjaku dan tas kerjanya. Sesampainya di rumah sakit, aku di CT scan. Suster yang membawa hasilnya mengatakan “ada kabar buruk pak, Istri bapak pembuluh darah otaknya bocor. Disini tidak ada peralatannya, jadi istri bapak sebaiknya dibawa kerumah sakit Siloam Karawaci.” Suamiku terkejut dan terduduk. Langsung menelpon anak-anakku. Anakku dan kakakku yang no 3 datang ke rumah sakit Jakarta. Sedangkan kakakku yang no 2 dan adikku menunggu di rumah sakit Siloam karawaci. Suamiku pulang ke rumah untuk mengambil pakaian.

Kakakku yang no 3 mengatakan ia kaget sekali saat di dalam ambulan tiba-tiba aku langsung tengkurap sambil memegangi kepalaku dan berkata “aduh, sakit-sakit!” hal ini aku tidak ingat sama sekali. Jadi waktu dalam perjalanan dari rumah sakit Jakarta, ke rumah sakit Siloam, aku tidak tahu sama sekali.

Sesampainya di Siloam, aku di CT Angio. Tapi saat mau dioperasi, lampu mati. Operasi ditunda sampai esok harinya. Tgl 30 Maret 2010 pagi Jam 9 aku dioperasi. Operasi berjalan 9 jam. Cukup lama sekali untuk orang-orang yang menunggu jalannya operasi. Jam 6 sore operasi selesai. Dokter menjelaskan pada suamiku. “Aliran darah istri anda harus tinggi, kalau tidak pembuluh darahnya akan tertutup, istri anda akan koma.” Keadaan saat itu benar-benar tegang sekali. Allah Maha Baik, Aliran darahku tinggi. Aku tidak sampai koma. Besoknya aku sudah sadar.

Banyak juga saudara dari pihak suami yang datang. Tapi aku tidak ingat semuanya. Mertuaku datang dari Surabaya, dari bandara Soekarno Hatta langsung ke Siloam, aku tidak ingat apapun. Tapi obrolan-obrolannya ada dalam kertas. Waktu itu aku tidak bisa bicara karena di tenggorokkanku terpasang selang. Bila pengunjung bicara aku menjawab pembicaraan mereka dengan menulis.

Semua orang katakan aku sudah bagus bisa menulis. Tgl 10 April, suamiku bertanya “ Lies, sebentar lagi kamu ulang tahun. Kamu mau hadiah apa?” aku menjawab “Sehat!” pertanyaan inipun aku tidak ingat sama sekali. “Nah keinginan kamu untuk sehat menjadi kenyataan” kata suamiku pada tanggal 13 April. Karena pada tanggal 13 April aku baru sadar benar dari tidurku beberapa hari yang lalu.

Tgl 13 April 2010, Disekeliling ranjangku ada suami, kakak-kakakku dan anakku. Kakakku bertanya kepadaku mengenai nama anak-anak dari saudaraku yang tertua siapa saja, dan pertanyaan yang lainnya. Aku bisa menjawab dengan lancar. Tapi saat anakku bertanya “mama kerja dimana?” aku binggung, sangsi antara kerja di Properti atau di asuransi. Kujawab di properti. Semuanya tertawa. “Diingat-ingat lagi ma” kata anakku yang sulung. Aku tersenyum dan berkata “ iya, sekarang mama baru ingat bahwa mama kerja di asuransi”. Mama mau ke Paris ajak Oma dan Opa”. Yang lainnya tertawa lagi. Karena aku ngaco. Ayahku sudah lama meninggal. “Ma….,ma…., coba mama ingat2 lagi opa masih hidup atau tidak?”. Setelah aku ingat-ingat lagi, baru aku sadar bahwa ayahku sudah meninggal dari tahun 2006.

Suamiku bertanya “Lies, saat terakhir yang kamu ingat apa?” Aku pusing, benar-benar muter, dan aku katakan ke kamu bahwa aku tidak kuat. Setelah itu aku tidak ingat apapun. Suamiku akhirnya mengulang cerita keaku terusan cerita setelah aku kejang-kejang. Jadi aku tidak ingat apa yang terjadi dari tanggal 29 Maret sampai 12 April 2010. Aku tidak pernah tahu bahwa aku telah terbaring di rumah sakit dalam waktu yang lama. Sekitar 2 mingguan. Aku tidak pernah tahu, siapa saja yang datang mengunjungiku. Ada temanku yang dari Properti dan asuransi, ibu mertuaku dari Surabaya, Saudara-saudara suami dari Cidodol, Anak tante yang baru pulang dari Bali juga datang berkunjung. Teman-teman suami yang sedang keluar kota, mengetahui aku sakit mereka bantu doa untuk aku. Aku terharu untuk semua kebaikkan saudara-saudara dan teman-teman.

Aku melihat kebawah, kakiku tertutup selimut. Aku melihat betisku yang kecil tak berisi. Karena aku tidak pernah berjalan selama 2 mingguan. Aku katakan, aku ingin pulang tanggal 21 April, diizinkan tidak sama dokter ya? Saat suster datang, niatku itu sudah aku ungkapkan pada suster. Suster katakan “ ibu harus difisio terapi dulu, agar kuat berjalan”.

Esok harinya tanggal 14 April 2010, suster membawa kursi roda dan mengajakku keluar ruangan untuk berjemur dan berlatih berjalan. Aku senang bisa keluar ruangan. Melihat para suster yang mempunyai kesibukkan masing-masing. Melihat para pasien dan pengunjung yang begitu ramainya.
Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke 45. Suster membawakan kue tart, leaderku (atasanku di asuransi) juga membawakan kue tart untukku. Suami,saudara-saudaraku dan anak-anak, teman dan para suster menyanyikan lagu “Happy Birthday” untukku.

Aku tidak ingat kejadian saat aku ulang tahun. Aku paling suka kue tart, tapi aku tidak bisa makan kue tart karena ada selang di tenggorokkanku.
Saat di rumah, aku melihat-lihat isi kameraku. Ada foto aku sedang memegang kartu ucapan Selamat Ulang Tahun dari RS Siloam.Nah itulah sekelumit cerita dari suamiku.

Sedih melihat foto-fotoku yang diambil dari arah samping dan dari arah depan saat selesai dioperasi. Jahitan yang panjangnya sekitar 30 Cm. Rambuku yang hitam lebat sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya rambut yang baru tumbuh 1 Cm. Ada jalur kosong bekas jahitan yang belum tumbuh rambut dikepalaku. Aku kemana-mana harus memakai topi yang dibelikan ibu mertuaku. Sungguh topi yang sangat bermanfaat. Kalau aku memakai topi tersebut, pasti orang-orang yang bertemu aku akan memanggilku ibu. Karena topi itu biasanya digunakan oleh ibu-ibu haji.

Benar-benar kritis sakitku kali ini. Tapi, aku bahagia karena mendapat hadiah dari Allah yang paling berharga yaitu hidupku yang diperpanjang. Saat ini aku baru menyadari dengan sungguh bahwa hidupku harus berlanjut. Karena, aku merasa lebih baik hidup daripada mati.
Karena cita-cita dan keinginanku belum tercapai.

Maafkan aku Allah, karena seringkali aku berkata “aku tidak takut mati” kini aku merasa belum waktunya aku dipanggil. Aku merasa belum cukup waktuku berkumpul dengan saudara dan teman-teman. Aku masih suka hidup. Aku akan melakukan yang terbaik untuk diriku dan orang-orang disekitarku. Terutama ibuku, Karena aku belum bisa membahagiakan ibuku. Pulihkanlah kesehatanku dan bantulah aku agar dapat membantu banyak orang. Amien……