Karena Cinta

Jumat, 15 Januari 2010

To : My Lovely Dad

Tahun berganti begitu cepat. Tanpa terasa 4 tahun sudah ayahku meninggalkan aku, ibu serta saudara-saudaraku.
Ayah yang begitu mengasihi kami, ayah yang begitu bertanggung jawab terhadap keluarga. Perjuangan ayah tanpa mengenal lelah. Dari satu dagangan berganti kedagangan lain hanya untuk dapat menyekolahkan kami 7 orang anak-anaknya.

Ayahku lahir sebagai anak yatim. Karena ayahnya sudah meninggal dunia saat ia dilahirkan. Kakak-kakaknya yang membantu membesarkannya dari hasil membuat genteng dan batu bata. Sejak kecil, ayahku tidak pernah bersekolah. Ia sudah bekerja sejak masih kecil. Berjualan rokok asongan yang dibawanya pada sebuah box kayu yang diikatkan seutas tali yang digantungkan dileher. Disaat anak-anak lain bersekolah ayahku harus mencari uang. Ayahku tidak pernah membuang-buang kesempatan untuk mendengarkan dan melihat dari luar kelas saat guru mengajari anak-anak yang bersekolah. Dari situ ia dapat belajar hingga ia bisa membaca dan menulis.
Tulisan ayahku bagus, tulisan latin yang rapih karena ayahku menuliskan dengan sangat perlahan dan sepertinya benar-benar dihayati sekali saat menulis. Seringkali aku tidak sabaran bila melihat ayahku menulis. Tidak ada orang lain yang percaya bila ayahku mengatakan bahwa ia tidak pernah mengenyam pendidikan disekolah.

Ayahku berdagang dan berdagang. Disaat musim kue bulan, ayahku berdagang kue bulan. Disaat waktunya lebaran atau tahun baru imlek, ayahku berdagang kembang api atau petasan. Hingga pada saat aku masih kecil, tanganku pernah terluka kena petasan karena aku tidak melemparkan petasan itu disaat sumbunya sudah menyala. Aku menangis, dan kini aku menjadi trauma bila melihat orang bermain petasan.

Ayahku adalah seorang ayah yang benar-benar tidak suka keributan. Aku tidak pernah mendengar ayahku bertengkar dengan ibuku. Ayah dan ibuku adalah orang tua yang benar-benar mesra. Dari aku kecil hingga aku besar dan kemudian aku berkeluarga, tidak pernah aku mendengar orang tuaku bertengkar. Aku tahu ayah marah dengan ibu disaat ayah tidak makan atau tidak minum disaat ibu menyiapkan makan atau minum untuk ayah. Marahnya ayah tidak pernah lama. Setelah itu ayah dan ibu berbaikan kembali.

Ayah menyekolahkan anak-anaknya disekolah swasta yang bagus. Karena menurut ayah, dengan menyekolahkan anak-anaknya disekolah yang bagus, anak-anaknya akan mempunyai teman-teman yang bagus. Bagus dalam arti orang yang berada. Hingga anak-anaknya nanti termotivasi untuk menjadi orang yang berada atau sukses.
Ayah memperbaiki rumah mulai dari lantai tanah yang sering kali basah atau becek diperbaiki dengan memasang keramik. Bagian rumah yang rusak diperbaiki sedikit demi sedikit hingga rumah menjadi nyaman. Ayah katakan bahwa ia membuat rumah menjadi lebih nyaman agar anak-anaknya tidak malu bila membawa teman datang ke rumah.
Pokoknya.... ayahku adakah ayah yang jempolan.

Ayah tidak pernah memukul anak-anaknya sejak kecil. Ia akan memanggil anak-anaknya disaat anak-anaknya bersalah. Diajaknya duduk berhadapan atau diajaknya jalan-jalan sambil menasihatinya dengan nada perlahan, dengan nada yang benar-benar sabar.
Kami 7 bersaudara selalu dinasehati untuk selalu saling mengasihi. Saling berbagi. Banyak dibagi banyak, sedikit dibagi sedikit. Semua harus kebagian sama rata.


Ayah meninggalkan kami semua disaat berusia 76 tahun. Rasanya umur 76 tahun masih belum cukup bagi kebersamaan kami. Kami masih ingin merasakan ayah bersama kami disaat salah satu dari kami yang berulang tahun.
Melihat mata ayah yang berkaca-kaca bila kami kumpul bersama. Ia akan merasakan begitu terharu dan kesenangan yang amat sangat saat kami berkumpul bersama.
Kebagiannya yang terakhir dikatakannya pada seorang tetangga rumah bahwa ia sudah merasa bahagia karena cucunya sudah bekerja dan dapat membelikannya pakaian dan mengajaknya jalan-jalan ke mal.
Ia sudah merasa bahagia disaat ia sudah dilahirkan kembali, yaitu saat ia telah dibaptis.
Satu bulan setelah dibaptis, tepatnya pada tanggal 15 Januari 2006 Ayahku telah dipanggil olehNya.
Kami sekeluarga merasa berduka.
Ayah yang begitu kami sayangi, yang telah banyak memberi pelajaran yang baik untuk kami anak-anaknya.

Untuk itu, kami semua berdoa agar ayah memperoleh kehidupan yang lebih baik dari kehidupannya di dunia.
Apa yang sudah diberikan ayah selama hidupnya masih terpatri dihati sanubari kami.
Semoga, kami semua sebagai anak-anak, cucu-cucunya mempunyai sifat yang baik seperti ayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar