Karena Cinta

Rabu, 23 Desember 2009

Arti baru P 4 (II)

Temanku bercerita singkat bahwa ia sekarang mengajar di sebuah sekolah Kristen di Jakarta Barat. Sudah 12 thn. Selama itu juga ia telah meninggalkan anak2nya dan suaminya. Selama ia bersama suaminya ia tidak bisa membeli apa-apa karena suaminya itu menyandang predikat P 4. Aku binggung mendengarnya. "Maksud kamu P 4 apa?" tanyaku. " Itu artinya Penjudi,Pemukul,Pemabok dan Perempuan". Aku baru tau bahwa arti P 4 versi temanku seperti itu. Ia tinggalkan anak2nya yang masih berusia 6 tahun dan 4 tahun hanya karena takut suaminya mencarinya bila ia membawa anak. Sekarang anaknya yang paling besar (laki-laki) sudah menikah dan punya anak. Ke 2 anaknya tidak ada yang sayang padanya. Anak-anaknya tidak pernah merindukan dirinya. Mereka menghubungi mamanya bila membutuhkan uangnya saja.

Makanan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sambel yang diberikan 1 piring kecil penuh. Aku benar-benar kepedesan saat mengoleskan tahu sedikit sekali kesambelnya. Hanya karena lapar saja nasi yang disajikan itu habis dengan waktu sebentar. Temanku makan dengan lahapnya. Ia sangat menikmati sekali ayam kremesnya. Temanku tidak suka tahu atau tempe yang aku tawarkan.

Tidak sabar rasanya ingin cepat-cepat selesai makan dan kerumah temanku yang jauh di Pinggiran kota Jakarta. Dari terminal X aku cukup naik 1 kali kendaraan yang memerlukan jarak tempuh 1 jam bila supirnya tidak nge tem. Selesai makan aku membayarnya dimeja kasir. Dan kemudian meneruskan perjalanan dengan tujuan kerumah temanku.
Kendaraan model minibus kecil dengan angkutan penuh sebanyak 12 orang. Minibus itu mulai melaju dijalan yang tidak terlalu padat, karena hari itu adalah hari Minggu. Di kendaraan kami ngobrol-ngobrol tentang teman-teman sekolah yang masih suka berhubungan dengan kami. Lusi yang bernasib sama dengan Ros. Telah cerai dari suaminya yang suka mukul juga. Sekarang Lusi mau menikah lagi dgn teman 1 sekolahnya yang telah menjadi duda. Akupun sama spt Ros dan Lusi yaitu telah cerai dari suamiku. Sekarang aku telah menikah lagi. Bedanya, aku tidak betah dipukul. Aku cukup dipukul 1 x saja. Setelah itu tidak ada perpanjangan waktu lagi untuk meneruskan rumah tangga. Karena bagiku, tidak pantas seorang suami memukul istrinya. Dan aku tidak ingin menjadi istri yang selalu menerima diperlakukan kasar oleh suami. "Kenapa kita bertiga teman baik sejak sekolah, dan mengalami nasib yang sama setelah menikah, yaitu cerai" kata Ros. Aku tersenjum getir. "Ya, begitulah kehidupan Ros!" (Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar