Karena Cinta

Jumat, 25 Desember 2009

Arti baru P 4 (III)

Perjalanan menuju rumah Ros memakan waktu 1 jam. Pukul 14.30 kami sampai di rumahnya. Setelah turun dari kendaraan umum masih jalan lagi agak ke dalam. Jalanannya tidak halus." kalau musim penghujan, ini jalan seperti bubur" kata Ros sambil tertawa. Meski begitu, Ros menawarkan aku untuk membeli rumah di dekat rumahnya. " Suamiku pasti tidak mau Ros, karena dekat dengan kota itulah rumah yang diinginkannya!"kataku.

Sampai juga aku disebuah rumah yang memakai asbes yang ditopang kayu kaso sebagai pergola. Ros, memasukkan kunci ditangannya disela-sela plastik yang agak sobek sedikit untuk membuka pintu besinya. Kemudian pintupun terbuka. Kulihat tali jemuran pakaian di halaman rumahRos. Ada sedikit tanaman yang lumayan rapih penataannya.Ros membuka pintu tengah, kamipun masuk ke dalam rumah. Di meja tamu,kulihat sebuah sangkar burung. Ros memanggil burung peliharaannya " Iteng, Iteng, mami pulang." Aku tersenjum melihat kelakuan temanku itu. Aneh menurutku. Ros katakan, Iteng adalah temannya, tempat ia bercerita. karena ia tidak punya teman untuk berbagi cerita, untung ada Iteng yang menemaninya setiap hari. Iteng lebih mengerti hatinya dibandingkan orang lain. Akupun duduk dilantai karena Ros tidak mempunyai kursi tamu. Hanya ada meja tamu yang dipenuhi dengan berbagai barang dan sangkar burung. Ros mengambilkan aku aqua gelas yang diletakkan dilantai.

Ros tidak mempunyai lemari untuk menaruh segala macam pekerjaan ngajar di sekolah. Ditaruhnya dimeja panjang kecil berukuran 30 cm x 1 meter. Meja yang dibungkus dengan taplak kotak-kotak merah yang sudah kumal. Aku masuk kedapurnya. Aduhai.... dapurnya sama berantakkannya. Diatas mesin cuci penuh dengan barang, diatas meja dekat kompor penuh dengan barang-barang, hingga bila mau memasak akan sukar meletakkan mangkok atau apapun di atasnya.
"Ros, Ros,.... kok bisa sih! kamu punya rumah berantakan begini?" kataku. Ros hanya tersenyum. " hanya kamu yang berani mengomentari rumahku, saudaraku dan temanku yang lain tidak ada yang pernah mengomentari apa-apa bila datang kesini." kata Ros. "Tentu aja aku berani, karena aku kan dekat dengan kamu. Kalau tidak dekat, aku juga tidak berani bicara apa-apa."kataku dengan nada sedikit marah. Ros katakan, ia setiap hari sepulang mengajar, hanya ngobrol dengan Iteng dan merokok, memikirkan masa lalunya yang kelam. " untuk apa? masa lalu tidak perlu diingat-ingat. Yang penting lakukanlah yang terbaik untuk kerapihan rumah kamu!"kataku lagi.
Ros, menyadari memang hal itu perlu.Karena aku sudah mengomel panjang x lebar tentang segala sesuatu di rumahnya. Aku katakan, malu bila tamu datang melihat rumah berantakan seperti ini.

Ros, mengambil sebatang rokok menyulutnya sambil duduk dilantai dihadapanku. Asap rokok yang benar-benar tidak kusuka. Aku rindu banget sama Ros, yang membuatku tidak betah di rumahnya hanya karena asap rokok saja. Rospun tau bahwa aku tidak suka dengan asap rokok, tapi ia tetap saja merokok.
Ros yang dulu pertama kali kukenal tidak merokok. Kebiasaan merokoknya didapat saat ia tinggal disuatu tempat terpencil jauh dari Jakarta. Tempat yang sangat tidak enak untuk menjadi tempat tinggal. Tempat satu-satunya dimana Ros dapat tinggal selama pelariannya dari rumah. Hanya ditempat itulah Ros bermungkim hingga 8 bulan lamanya. Cerita yang benar-benar menyedihkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar